Perangkap Nyamuk dari Gula dan Ragi Roti
- Posted by admin
- On Agustus 1, 2018
- 0 Comments
Fakultas Kedokteran Unsoed menunjukkan kontrbusi nyata kepada masyarakat dengan melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat mengendalikan vektor nyamuk dengan air gula pasir dan ragi roti yang diberi nama Pernyabagri. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Kedungwringin, Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas, Jum’at 27 Juli 2018. Tim FK Unsoed yang diketuai oleh Dr.dr. Tutik Ida Rosanti, M.Kes dan beranggotakan dr.Zaenuri Syamsu Hidayat,M.Si Med.,Sp.KF serta dr.Lieza Dwianasari Susiawan,M.Kes ini melakukan penyuluhan membuat perangkap nyamuk berbasis air gula pasir dan ragi roti dihadapan 60 orang kader kesehatan.
Pernyabagri merupakan kependekan dari perangkap nyamuk berbasis air gula pasir ragi roti. Merupakan perangkap nyamuk yang terbuat dari botol bekas kemasan minuman ringan yang disi dengan air gula pasir rati – ragi roti. Hasil fermentasi gula pasir oleh ragi roti menghasilkan karbondikoksia yang akan menarik nyamuk untuk datang. Hal ini diungkapkan oleh Dr.dr.Tutik Ida Rosanti,M.Kes dalam paparannya. Pernyabagri ini dapat diletakkan di sudut ruangan yang banyak dipakai untuk aktivitas anggota keluarga. “Pernyabagri dapat bertahan hingga satu minggu sehingga bersifat sangat ekonomis “ungkapnya
Desa Kedungwringin Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas merupakan salah satu desa endemis demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Banyumas. Salah satu faktor resiko status endemis DBD di desa ini adalah karena sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai pengepul barang bekas. Barang bekas yang ditimbun di halaman rumah terisi air ketika musim penghujan tiba dan akhirnya sebagai ditempat perindukan nyamuk. . “Salah satu upaya mengendalikan infeksi DBD adalah dengan mengendalikan vektornya yaitu nyamuk Aedesaegypti,” jelasnya. Sementara itu, dr.Zaenuri Syamsu Hidayat,M.Si Med.,Sp.KF mengungkapkan bahwa pengetahuan yang baik akan perilaku dan tempat perindukan nyamuk sangat menunjang keberhasilan pengendalian nyamuk Aegypti khususnya dan nyamuk vector lainnya. dr. Zaenuri memberikan materi tentang bagaimana mengenal tanda dan gejala infeksi DBD dan penyakit tular nyamuk lain serta terampil dalam membuat perangkap nyamuk ramah lingkungan.
dr.Lieza Dwianasari Susiawan,M.Kes dalam paparannya menerangkan bahwa dalam pengendalian vektor khususnya vektor DBD selama ini mengandalkan fogging menggunakan insektisida. Namun demikian penggunaan insektisida dapat berisiko menimbulkan resistensi bila penggunaannya tidak tepat. “Oleh karena itu perlu ada metode atau teknik menurunkan kepadatan nyamuk menggunakan bahan yang sederhana, murah ,digunakan sehari-hari oleh masyarakat, ramah lingkungan dan keberlanjutannya dapat dipertahankan,” jelasnya.
Maju Terus Pantang Mundur,Tak Kenal Menyerah (50F1)